Bhisma Dewabrata, taken from http://mahabhrata.wordpress.com |
Beberapa waktu kemudian, Sang Raja sungguh terlihat murung dan sedih, bahkan sering terlihat melamun di depan Bhisma. Hingga sang ksatria Bhisma memberanikan diri, untuk bertanya, “Rupanya apa yang menyusahkan pikiranmu wahai ayahanda? andai diri ini bisa sedikit saja meringankan beban pikiranmu, akan ananda lakukan, apapun untukmu ayahanda”.
Seketika Santanu menjawab, “aku memikirkan engkau anakku juga kerajaan dinasti kita, aku takut terjadi sesuatu pada dirimu, jika ada apa-apa dengan anak tunggal ku yang akan menjadi penerusku, maka hancurlah dinasti kita, hancurlah kerajaan kita, seiap saat engkau berlatih menjadi ksatria tangguh, hingga engkau menjadi sangat cakap, tetapi siapa yang dapat meramalkan akhir dari segalanya, aku sungguh takut kehilanganmu anakku, sungguh engkaulah kebanggaanku.”
Bhisma semakin bingung dengan pejelasan ayahnya, lalu diam-diam mencari tahu sebab musabab yang sebenarnya dari seorang perdana menteri kerajaan. Sang Menteri menjelaskan mengenai keinginan Sang Raja untuk meminang Puteri Nelayan, tetapi Sang Raja sungguh tidak mampu memenuhi prasyarat dari ayah Sang Puteri Nelayan.
Selain tangguh, cakap dan bijaksana, Ksatria Bhisma juga sangat penyayang, juga pada ayahandanya, Santanu. Kemudian Bhisma mengunjungi Sang Nelayan. Dia meyakinkannya, bahwa Bhisma rela melepaskan gelar Putra Mahkotanya, demi Sang Raja, suatu saat kelak keturunan dari Puteri Nelayan lah yang akan menjadi penerus Sang Raja. “Nikahkanlah Sang Puteri dengan Raja, percayalah padaku, aku akan melakukan apa saja asal ayahandaku bahagia,” ucap Bhisma pada sang nelayan.
Sang nelayan masih juga meragukan perkataan Bhisma. Hingga Bhisma berkata, “mungkin kau takut jika aku menikah kelak, keturunankulah yang akan berebut tahta dengan keturunan dari Puterimu, dengan begitu, baiklah aku akan bersumpah, bahwa aku akan hidup dan mati lajang. Ini adalah sumpahku padamu.”
Sang Nelayan senang sekali, Bhisma seketika menemui Sang Putri Nelayan, Setyawati, “ayolah, kumohon bersiaplah naik ke kereta kuda. Mulai sekarang engkau akan menjadi ibuku, dan aku akan selalu setia untukmu, Rajaku dan Hastinapura”.
(bersambung)
(bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar